Koneksi
Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan
Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Agus
Arifin Anwar
SD
Islam Al Azhar 28 Solo Baru
CGP
Angkatan 11 – Kabupaten Sukoharjo
A.
Kaitan antara Modul 1.1
hingga 2.3 dengan modul 3.1
1.
Kaitan Modul 1.1 dan Modul
3.1
Pemikiran filosofis Ki Hajar
Dewantara dan pengambilan keputusan berbasis nilai kebaikan sebagai pemimpin
pembelajaran memiliki hubungan yang erat. Keduanya sama-sama
menempatkan murid sebagai pusat perhatian. Nilai-nilai kemanusiaan yang
diajarkan Ki Hajar Dewantara, seperti gotong royong dan kemandirian, menjadi
landasan bagi seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Ketika
seorang pemimpin dihadapkan pada suatu dilema, nilai-nilai inilah yang akan
menjadi kompas untuk memilih tindakan yang paling baik bagi murid.
Dengan demikian, modul 1.1 dan 3.1 saling melengkapi, memberikan kerangka
filosofis dan panduan praktis bagi para pendidik dalam menjalankan tugasnya.
2.
Kaitan Modul 1.2 dan Modul
3.1
Modul 1.2 tentang Peran dan
Nilai Guru Penggerak dan Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai
Kebaikan saling terkait erat. Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak
adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif.
Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai
tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti
tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai
guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja
sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan
yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta
penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan
keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti
keadilan dan bertanggung jawab.
3.
Kaitan Modul 1.3 dan Modul
3.1
Modul 1.3 yang membahas
tentang visi Guru Penggerak dan Modul 3.1 yang membahas tentang pengambilan
keputusan berbasis nilai kebaikan memiliki keterkaitan yang erat. Visi
yang telah dibangun oleh seorang Guru Penggerak akan menjadi acuan utama dalam
setiap tindakan, termasuk dalam pengambilan keputusan. Ketika dihadapkan pada
berbagai pilihan, seorang Guru Penggerak akan merujuk pada visi yang telah
ditetapkan untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil selaras dengan
tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, visi yang jelas akan memberikan
arah yang pasti dalam pengambilan keputusan, sehingga setiap tindakan yang
dilakukan akan berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran dan
kesejahteraan murid. Modul 1.3 memberikan landasan idealisme, sementara
Modul 3.1 memberikan alat praktis untuk mewujudkan idealisme tersebut dalam
konteks kehidupan sehari-hari sebagai seorang pendidik.
4.
Kaitan Modul 1.4 dan Modul
3.1
Modul 1.4 yang membahas tentang
budaya positif sekolah memberikan fondasi tentang bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Sementara itu, Modul 3.1
mengajarkan guru untuk mengambil keputusan-keputusan yang berdampak positif
bagi murid berdasarkan nilai-nilai kebaikan. Kaitannya adalah, budaya
positif yang telah dibangun di sekolah akan menjadi acuan bagi guru dalam
mengambil keputusan. Keputusan-keputusan tersebut harus selaras dengan
nilai-nilai yang telah disepakati bersama dalam komunitas sekolah, sehingga
tercipta sinergi antara upaya menciptakan budaya positif dan upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, Modul 1.4 memberikan kerangka kerja,
sedangkan Modul 3.1 memberikan alat yang konkret bagi guru untuk mewujudkan
visi sekolah yang lebih baik.
5.
Kaitan Modul 2.1 dan Modul
3.1
Modul 2.1 yang membahas
tentang pembelajaran berdiferensiasi dan Modul 3.1 yang membahas tentang
pengambilan keputusan berbasis nilai kebaikan saling melengkapi.
Pembelajaran berdiferensiasi menuntut guru untuk memahami kebutuhan individual
setiap murid dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
tersebut. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan menjadi sangat krusial. Guru
perlu mengambil keputusan yang tepat terkait pemilihan strategi, media, dan
asesmen yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam.
Keputusan-keputusan ini haruslah didasarkan pada nilai-nilai kebaikan, seperti
keadilan dan kesetaraan, sehingga setiap murid memiliki kesempatan yang
sama untuk berkembang. Dengan kata lain, Modul 2.1 memberikan kerangka kerja
untuk merancang pembelajaran yang efektif, sedangkan Modul 3.1 memberikan alat
bagi guru untuk mengambil keputusan yang tepat dalam implementasi pembelajaran
berdiferensiasi.
6.
Kaitan Modul 2.2 dan Modul
3.1
Modul 2.2 yang membahas
tentang pembelajaran sosial dan emosional (PSE) dan Modul 3.1 yang membahas
tentang pengambilan keputusan berbasis nilai kebaikan memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Keterampilan sosial dan emosional yang dikembangkan dalam
Modul 2.2, seperti empati, komunikasi efektif, dan pengambilan keputusan,
sangat relevan dengan pengambilan keputusan berbasis nilai kebaikan yang
dibahas dalam Modul 3.1. Seorang guru yang telah menguasai PSE akan lebih mampu
memahami perspektif murid, sehingga dapat mengambil keputusan yang
lebih baik dan bijaksana. Selain itu, keterampilan pengambilan keputusan yang
didapat dari Modul 3.1 akan membantu guru dalam menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan mendukung perkembangan sosial emosional murid. Dengan
kata lain, Modul 2.2 memberikan fondasi keterampilan yang diperlukan untuk
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam pengambilan keputusan seperti yang
dibahas dalam Modul 3.1.
7.
Kaitan Modul 2.3 dan Modul
3.1
Modul 2.3 yang membahas
tentang coaching untuk supervisi akademik dan Modul 3.1 yang membahas tentang
pengambilan keputusan berbasis nilai kebaikan saling melengkapi dan mendukung
satu sama lain. Dalam Modul 2.3, guru diajarkan untuk memberikan umpan
balik dan dukungan kepada rekan sejawat melalui proses coaching. Keterampilan
coaching ini sangat berguna dalam konteks pengambilan keputusan. Ketika seorang
guru menghadapi dilema atau tantangan dalam pembelajaran, ia dapat melibatkan
rekan sejawat dalam proses pengambilan keputusan melalui coaching. Dengan
demikian, keputusan yang diambil akan lebih objektif, berimbang, dan berpihak
pada kebaikan murid. Modul 2.3 memberikan alat untuk membangun
kolaborasi, sementara Modul 3.1 memberikan kerangka kerja untuk memastikan
bahwa kolaborasi tersebut berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini
menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai
kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip
dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus
berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan
berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat
dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan
peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan
belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara
modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis
nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil
pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik
sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan
mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
B.
Pemahaman tentang Modul 3.1
1. Dilema
etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus
memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi
bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang
terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
2.
Empat
paradigma pengambilan keputusan
·
Individu
lawan kelompok (individual vs community)
·
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
·
Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
·
Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
3. Tiga prinsip pengambilan keputusan
·
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
4.
Sembilan
langkah pengambilan keputusan
a.
Mengenali
nilai yang bertentangan
b.
Menentukan
pihak yang terlibat
c.
Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi
d.
Pengujian
benar atau salah
e.
Pengujian
paradigma benar lawan benar
f.
Melakukan
prinsip resolusi
g.
Investigasi
opsi trilema
h.
Buat
keputusan
i.
Lihat
lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah
dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk
memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda.
Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi
saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs
salah.
Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi dilemma etika, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Dampak yang saya dapatkan setelah
mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika
dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang
mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya
peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara
yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau
manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil,
bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif
yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Menurut saya modul 3.1 ini sangat
penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil,
bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun
sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam
membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai
kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini
meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat
meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang
diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai
pendidik.